Cari Blog Ini

Senin, 10 September 2012

Cara Mengawali Tulisan/Wacana


Cara Mengawali Tulisan/Wacana


Topik: Pendidikan Rendah Kaum Perempuan

1. Cara Kejutan
Seorang gadis ditemukan tewas bunuh diri, karena sebelumnya disinyalir bahwa gadis tersebut dipaksa menikah oleh orang tuanya di usianya yang masih 15 tahun. Begitulah realita yang terjadi belakangan ini, terlebih di kawasan pedesaan yang masih menganut paham bahwa menikah di bawah umur itu adalah suatu hal yang sudah lazim. Pendidikan mereka nomor duakan, padahal di usia demikian harusnya seorang anak merasakan masa-masa remaja mereka di bangku sekolah.

2. Cara Kontras

Semangat R. A. Kartini untuk memperjuangkan hak para perempuan rasa-rasanya sungguh tiada padamnya, beliau bersikeras untuk tetap membela hak para perempuan agar tidak dipandang sebelah mata di dunia pendidikan. Sungguh ironis sekarang ini, melihat para ibu-ibu berbondong-bondong pergi ke kantor urusan agama, bukan untuk menikah lagi tentu saja, melainkan menikahkan anak gadis di sebelahnya, sampai-sampai mereka rela mengantri saking banyaknya. 

3. Cara Pertanyaan

Apakah harus perempuan selalu berada di belakang laki-laki? Menjadi hamba sahaya seorang suami dan seorang abdi abadi. Sebutan ibu rumah tangga adalah gelar yang kebanyakan mereka sandang selama ini, hal tersebut sepertinya sudah mengakar dari zaman dulu. Padahal dengan jumlah populasi perempuan yang semakin meningkat di dunia, bisa saja mereka mendominasi para lelaki. Lantas, perlukah selamanya seorang  wanita dibayang-bayangi sosok seorang pria?

4. Cara Deskripsi

Duduk di kursi pelaminan memang merupakan hal yang paling indah untuk setiap insan manusia. Bersama bunga-bunga cantik yang bertengger sebagai latar, ditemani berbagai macam lambang hati sebagai simbol kasih sayang. Di hari itu sepasang mempelai pun tak luput sering disebut sebagai ‘raja dan ratu sehari’. Tampaknya tak salah memang, yang salah yaitu hanya ketika yang mejadi rajanya adalah seorang pria paruh baya dan yang menjadi ratunya adalah seorang gadis muda berlabel belia.

5. Cara Epigram

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Tradisi yang sudah mengakar, sulit untuk dihilangkan ataupun sekadar diubah. Tati, seorang gadis remaja berusia 14 tahun, harus mengulang kembali kisah memilukan yang dialami Suharti, ibundanya. Dia harus terpaksa putus sekolah hanya karena dipaksa menikah dengan seorang lintah darat lantaran keluarganya tak mampu membayar hutang. Kejadian serupa pernah dialami Suharti 16 tahun yang lalu, dia dipaksa menikah saat usianya baru menginjak 16 tahun dengan seorang lintah darat yang kini merupakan ayah biologis Tati.

6. Cara Literer

Kisah heroik R. A. Kartini benar-benar terulang kembali di kehidupan reformasi. Demi menyiasati lemahnya ekonomi keluarga, seorang gadis cilik, sebut saja Lulu, rela bekerja sebagai pemungut sampah agar dia mampu bersekolah seperti kebanyakan teman-teman sebayanya. Walaupun hal ini sedikit terlambat, tapi tidak mengurangi semangat Lulu untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Di usianya kini, 10 tahun, Lulu masih berkeinginan untuk menjadi seorang siswi Sekolah Dasar.

7. Cara Parodi

Nona, seorang bocah kecil yang tidak bisa bersekolah lantaran keluarganya tidak mampu membiayai biaya pendidikannya. Suatu hari, Nona hanya berdiri di depan sebuah gerbang sekolah sambil memperhatikan beberapa puluh siswa yang tengah berlatih olahraga di lapangan. Nona berpikir, mengapa dia tidak bisa seperti mereka? Lalupun  dia ingat omongan ibunya beberapa hari lalu, “Setelah Ibu sekolah, baru kamu Ibu sekolahkan.”

8. Cara Kutipan

“Tut Wuri Handayani,” begitulah kutipan dari seorang Ki Hajar Dewantara untuk dunia pendidikan di Indonesia. Sangat berbaik hati beliau tidak mau mengganti jargon yang sudah dibuatnya susah-susah tersebut, karena melihat kenyataan sekarang ini bahwa ‘ucapan luhur’-nya itu hanya menghiasi sampul-sampul buku tabungan anak Sekolah Dasar saja. 

9. Cara Dialog

“Rin, ikut aku jadi TKI di Hongkong, yuk?” ajak Susi pada Rina ketika mereka bertemu di jalan.
“Gak mau, ah! Mending sekolah.”
“Alaaah, emangnya kamu punya duit buat sekolah apa? Ngimpi!”
“Emangnya kamu punya duit buat ke Hongkong apa? Makan tuh Hongkong!” jawab Rina sambil pergi meninggalkan Susi yang sedang bersungut-sungut kesal.

10. Cara Kronologis
Daritadi pagi wajah Rani sudah terlihat masam. Gadis itu langsung duduk di kursinya ketika ia sudah sampai di kelas, tidak seperti biasa, Rani biasanya terlibat canda ringan dengan teman-temannya. Hal tersebut membuat teman-teman dekatnya bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Rani? Setelah dicari tahu penyebabnya, ternyata hal yang membuat gadis 14 tahun tersebut bermuram adalah karena sebuah cincin perak yang melingkari jari manisnya.

11. Cara Sapaan
Bagaimana dengan pernikahanmu? Bagaimana dengan rumah tangga yang baru sehari kaumulai itu? Tentu kau merasa senang, bukan? Hidup bersama pasangan yang kaucintai. Lengkap sudah pastinya dengan kehadiran si jabang bayi yang sebulan lagi akan melengkapi kehidupan kalian. Mari sambut kehidupan baru yang telah kaususun kehancurannya!

Atau bisa juga diunduh di sini. Terima kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar